Gemerlap Warna dan Tradisi: Karnaval Pagelaran Malang yang Tak Pernah Kehilangan Pesonanya
![]() |
Karnaval Malang |
Setiap kali perayaan karnaval digelar, suasana desa langsung
berubah. Jalan-jalan utama dipenuhi hiasan janur kuning, umbul-umbul
warna-warni, dan gapura-gapura kayu yang dihias tangan para pemuda kampung.
Mulai pagi, suara gamelan dan irama musik tradisional sudah terdengar dari
kejauhan, seakan mengundang siapa saja untuk datang dan ikut merasakan
kemeriahan yang berbeda dari keramaian kota. Karnaval Pagelaran memang memiliki
keunikan tersendiri dibandingkan dengan karnaval-karnaval di daerah lain. Sebab,
setiap kelompok peserta biasanya mengusung tema yang erat kaitannya dengan
sejarah lokal, legenda rakyat, hingga budaya Jawa Timur yang kental.
Di antara deretan peserta, tampak rombongan yang mengenakan
kostum tokoh pewayangan lengkap dengan mahkota emas, kain batik panjang, dan
rias wajah tebal yang memukau. Mereka memperagakan adegan-adegan klasik seperti
kisah Ramayana atau Mahabharata, sambil diiringi gamelan dan sinden yang
menyanyikan tembang-tembang Jawa. Tak hanya itu, ada pula kelompok pemuda yang
berkreasi dengan kostum hasil daur ulang dari limbah plastik, karung goni, dan
barang-barang bekas. Meski sederhana, kreativitas mereka justru menjadi daya
tarik tersendiri, menunjukkan betapa anak muda Pagelaran mampu memadukan nilai
tradisional dan pesan lingkungan dalam sebuah karya seni jalanan.
Selain parade kostum, Karnaval Pagelaran juga menghadirkan
berbagai atraksi khas yang jarang ditemui di tempat lain. Salah satunya adalah
parade Gunungan. Gunungan merupakan rangkaian hasil bumi seperti sayur-mayur,
buah, padi, hingga jajanan tradisional yang disusun mengerucut membentuk
seperti gunung kecil. Gunungan ini nantinya akan diarak keliling desa sebelum
diperebutkan warga dalam tradisi rebutan, sebagai simbol rasa syukur atas panen
dan rezeki yang diberikan oleh Tuhan. Momen rebutan Gunungan menjadi saat yang
paling ditunggu, karena konon siapa yang berhasil mendapatkan hasil bumi dari
gunungan dipercaya akan mendapatkan keberkahan sepanjang tahun.
![]() |
Karnaval Malang |
Di tengah-tengah karnaval, suara alunan musik modern juga
turut meramaikan suasana. Tak sedikit pemuda desa yang membentuk grup musik
dangdut koplo dadakan, lengkap dengan penyanyi lokal yang tak kalah enerjiknya
dari bintang panggung profesional. Lagu-lagu hits Jawa Timuran seperti Jaran
Goyang, Bojo Galak, hingga Oplosan dinyanyikan bergantian,
mengajak penonton untuk bergoyang bersama tanpa canggung. Kemeriahan ini tak
hanya diikuti oleh anak-anak muda, tapi juga para orang tua yang antusias ikut
berjoget di pinggir jalan sambil mengenakan caping atau kain lurik.
Yang paling menarik, Karnaval Pagelaran tidak pernah
melupakan kearifan lokal dalam setiap helatannya. Beberapa kelompok warga
memilih menghadirkan replika alat pertanian tradisional seperti bajak, cangkul,
dan kereta sapi hias yang didandani semenarik mungkin. Replika ini menjadi
simbol penghargaan atas profesi petani yang masih menjadi tulang punggung
perekonomian desa. Tak jarang, kereta sapi yang dihias penuh ornamen janur
kuning dan bunga segar ikut menjadi bagian parade, mengingatkan generasi muda
akan pentingnya melestarikan tradisi agraris di tengah modernisasi.
Seiring senja mulai turun, suasana karnaval semakin semarak.
Lampu-lampu hias yang digantung di sepanjang jalan mulai dinyalakan,
menciptakan pemandangan yang sangat indah. Warna-warni lampu berpadu dengan
suara musik, tawa anak-anak, dan semangat para peserta karnaval yang tak kenal
lelah meski sudah berjalan sejak pagi. Aroma jajanan pasar seperti serabi,
gethuk, cenil, dan gorengan yang dijual di lapak-lapak kecil di pinggir jalan
menambah kehangatan suasana. Tak hanya warga lokal, wisatawan yang sengaja
datang ke Pagelaran pun ikut merasakan sensasi karnaval yang penuh warna dan
ramah ini.
Bagi masyarakat Pagelaran, karnaval bukan sekadar hiburan
tahunan. Lebih dari itu, perayaan ini menjadi ajang untuk mempererat tali
persaudaraan antar warga, sekaligus media untuk memperkenalkan potensi seni dan
budaya desa kepada khalayak luas. Setiap dusun berlomba-lomba menampilkan
pertunjukan terbaiknya, membangun semangat gotong-royong mulai dari persiapan
hingga pelaksanaan. Mulai dari anak-anak, remaja, hingga orang tua terlibat
langsung dalam pembuatan kostum, latihan tarian, hingga dekorasi panggung.
Nilai kebersamaan inilah yang menjadikan Karnaval Pagelaran selalu hidup dan
ditunggu-tunggu dari tahun ke tahun.
Tak hanya itu, karnaval ini juga menjadi ruang bagi generasi
muda untuk belajar tentang sejarah dan warisan budaya desa. Lewat tema-tema
yang diusung dalam parade, anak-anak muda diajak untuk mengenal kembali
kisah-kisah leluhur, adat istiadat, hingga filosofi hidup orang Jawa yang
sering terlupakan. Secara tidak langsung, Karnaval Pagelaran menjadi media
edukasi budaya yang dikemas dalam balutan hiburan, sehingga lebih mudah
diterima oleh kalangan muda.
Setiap tahunnya, pemerintah desa dan panitia karnaval terus
berinovasi untuk menjadikan acara ini lebih meriah tanpa meninggalkan akar
tradisinya. Mulai dari menghadirkan lomba fotografi, kompetisi video
dokumenter, hingga pentas seni malam yang menampilkan campursari, ketoprak
humor, dan wayang kulit. Tak jarang pula, karnaval ini menjadi daya tarik
wisata desa yang mendatangkan pengunjung dari berbagai daerah, bahkan luar
kota.
![]() |
Karnaval Malang |
Karnaval Pagelaran adalah contoh nyata bahwa tradisi bisa
tetap hidup berdampingan dengan modernitas. Ia menjadi panggung kebanggaan
warga desa untuk menunjukkan jati dirinya, sekaligus warisan budaya yang perlu
terus dijaga agar tidak punah oleh waktu. Di balik gemerlap warna-warni kostum
dan kemeriahan parade, tersimpan filosofi luhur tentang pentingnya menjaga
harmoni antar sesama, alam, dan Sang Pencipta.
Bagi siapa saja yang ingin merasakan suasana karnaval yang
tidak hanya meriah tapi juga kaya akan nilai budaya, Pagelaran Malang adalah
tujuan yang tak boleh dilewatkan. Karena di sanalah, tradisi bukan sekadar masa
lalu, melainkan bagian hidup yang terus tumbuh bersama waktu.